BAHASA EMOSI SUKU BAJO “PSIKOLINGUISTIK”

Buku ini hadir sebagai fenomena bahasa emosi di
kalangan masyarakat Suku Bajo Sampela khususnya dalam
bertutur menggunakan bahasa Indonesia, melalui pendekatan
psikolinguistik yang menghubungkan antara aspek psikologis dan
linguistik dalam memahami ekspresi emosional mereka.
Suku Bajo, yang dikenal sebagai “pengembara laut” atau
“sea gypsies”, memiliki kekayaan budaya dan bahasa yang unik.
Salah satu aspek menarik dari bahasa mereka adalah bagaimana
emosi diekspresikan dan dipahami dalam komunikasi sehari-hari.
Buku ini mencoba menggali dan memahami bagaimana emosi
dikonstruksi dan disampaikan melalui bahasa dalam konteks
kehidupan mereka yang sangat terkait dengan alam laut.
Dalam buku ini, pembaca akan diajak untuk
mengeksplorasi berbagai dimensi bahasa emosi Suku Bajo,
termasuk kata-kata, ungkapan, serta gaya komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan perasaan seperti marah, bahagia,
takut, sedih, dan lain-lain. Dengan pendekatan psikolinguistik,
penulis berusaha untuk menjelaskan bagaimana bentuk piranti
linguistik, jenis emosi, serta fungsi emosi masyarakat suku Bajo
dalam mengungkapkan emosi mereka.
Melalui buku ini, kita dapat melihat bagaimana bahasa
emosi berperan sebagai sarana yang sangat penting dalam
mengatur dinamika sosial, serta sebagai refleksi dari nilai-nilai dan
pandangan hidup yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Kehadiran bahasa emosi dalam komunikasi sehari-hari
menunjukkan kedalaman makna yang terkandung dalam setiap
ucapan dan memberikan wawasan lebih dalam mengenai struktur
sosial dan psikologis penuturnya.
Akhirnya, semoga buku ini dapat memberikan kontribusi
bagi pengembangan kajian psikolinguistik, khususnya yang
berkaitan dengan bahasa emosi. Kami berharap buku ini tidak
hanya menjadi sumbangan bagi dunia bahasa dan budaya tetapi
juga membuka wawasan baru bagi para akademisi dan pembaca
umum tentang pentingnya memahami emosi dalam kerangka
kebahasaan, terutama dalam komunitas yang memiliki budaya dan
lingkungan hidup yang sangat berbeda dengan kebanyakan
masyarakat lainnya.