Buku ini merupakan jawaban dari kegelisahan penulis terhadap
kondisi lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an yang marak ada di
tengah masyarakat. Dimana ghirah masyarakat yang ingin belajar
Al-Qur’an dengan baik dan benar ternyata tidak di imbangi
dengan kualitas gurunya, baik dari sisi akhlaknya, metodenya atau
bahkan kemampuan sang guru sendiri dalam membaca Al-Qur’an.
Banyak guru yang justru tidak pernah talaqqi secara intensif
hingga khatam 30 juz kepada gurunya. Lalu apa yang akan
diberikan kepada anak muridnya jika gurunya sendiri masih
sangat kekurangan?
Al-Qur’an itu diajarkan Nabi kepada para sahabat dengan Mukts
yaitu Nabi membacakan ayat lalu sahabat mengikutinya, begitu
seterusnya. Padahala para sahabat ini sudah ahli berbahasa arab
dan berlidahkan arab. Oleh karena itu, kaum ajami seperti kita ini
harus lebih serius lagi di dalam talaqqinya sehingga lidah kita
akan tartil saat melafalkan bacaan Al-Qur’an yang agung itu.
Ulasan
Belum ada ulasan.