Mengejar Matahari di Pulau Timor

Judul: Mengejar Matahari di Pulau Timor

Penulis:
Dhanang Puspita

Category

Deskripsi

Dari kaca jendela pesawat, mata saya melongok keluar jendela. Boeing 737-900 sepertinya masih enggan untuk mendarat. Pucat pasi, begitu mendengar pengumuman dari kokpit, pilot menyampaikan informasi. “Penumpang sekalian, pendaratan kita sedikit tertunda karena kondisi angin kencang di landas pacu, kita tunggu beberapa saat lagi”. Setelah 3 kali berputar, mendaratlah si burung besi di Bandara El Tari Kupang, saya menginjakkan kaki di Pulau Timor.
Pengalaman pertama saya di sebah Pulau yang bersisi dua negara dan berbatasan dengan Australia. Panas, gersang, kering, dan berdebu itu kesan pertama yang saya rasakan. Jalan-jalan yang bergelombang, beberapa titik rusak. Entah mengapa, sampai buku ini saya tulis dan terbitkan, saya sudah 3 kali ke sana, dan selama berminggu-minggu setiap kali tinggal, Tempat yang saja tidak sukai di sana adalah tempat tidur, ingin segera keluar dari kamar dan entah pergi kemana, karena bagi saya di luar saya sangat menarik.
Kesan pulau yang kering dan susah air tidak seperti yang saya bayangkan, di beberapa tempat air sangat melimpah dan jernih. Tanah yang tandus, di beberapa tempat juga subur bahkan menjadi sentra pertanian. Begitu juga dengan budaya dan keramahan masyarakatnya, sangat hangat dalam menyambut dan sengat renyah dalam berbicara. Berlama-lama bersua yang tidah membosankan, karena meraka orang-orang yang tulus dan apa adanya, itu yang saya dapatkan selama berjalan di Pulau Timor.
Entah berapa GB memori kamera saya sudah habis untuk merekam setiap jengkal tanah Timor dan masyarakatnya. Bagi saya, pasti saja ada yang baru di sana. Bisa saja pesona alamnya, rumah adatnya, langit yang bersih dan cerah, serta senyum ramah masyarakatnya. Saya selalu berdecak kagum, di sana saya bisa bertemu dengan pantai, kabut, padang rumput, sapi dan kuda yang dilepas liarkan, buah jerk yang ranum dan manis, ikan segar, suhu yang panas hingga sangat dingin, madu hutan yang baru saja dipanen, hingga menikmati sei daging rusa yang dilindungi-tidak saya ceritakan.
Buku ini menceritakan perjakanan saya di Pulau Timor dengan segala suka citanya. Saya mencoba merekam kaaslian mereka dan obyek yang apa adanya. Bagi saya, foto dan cerita mereka adalah kejujuran dan saya hanya merekam dan menuliskannya. Teruntuk Atoin Meto di sana, terima kasih banyak dengan apa yang diberikan. Nanti saya akan kembali, dan menulis cerita baru lagi disana, Biarlah cerita kemarin, sementara di sini dulu, lalu kita buat cerita dan imaji baru kita. Terima kasih, Tuhan memberikat.

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Mengejar Matahari di Pulau Timor”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Layanan

CUSTOMER CARE

PT Mafy Media Literasi Indonesia