Buku ini mengeksplorasi lebih detail tantangan pengembangan kereta cepat
setelah pengoperasian “Whoosh” jelang akhir 2023 disamping potensi tentu
saja, mengacu pengalaman beberapa negara. Isi buku diharapkan menambah
khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya kereta cepat dan teknik
sipil secara umum.
Pencanangan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung pada Kamis
21 Januari 2016 di Walini, Cikalong Wetan, Bandung Barat, Jawa Barat,
oleh Presiden Joko Widodo disaambut dengan skeptisme oleh sebagian
kalangan dengan sejumlah argumen: telaah tersedia berbagam pilihan moda
sepanjang koridor, belum saatnya mengimplementasikan teknologi sejenis,
jarak terlalu pendek dan lain-lain. Bahkan, Menteri Perhubungan (2014-2016)
Ignasius Jonan, beberapa kali mengungkapkan penolakannya soal keberadaan
proyek dan tidak terlihat menghadiri groundbreaking, yang sejatinya
merupakan penanggung jawab utama sektor perkeretaapian di Indonesia saat
itu. Dalam perjalanan selama masa konstruksi, proyek strategis nasional
tersebut didera banyak masalah teknis maupun non-teknis termasuk pandemi
Covid-19 selama kurun 2020 sampai awal 2022 dengan pemberlakuan
pembatasan mobilitas masyarakat. Alhasil fase konstruksi menjadi bertambah
panjang dan diikuti pembengkakan biaya.
Dan, setelah konsorsium Indonesia dan China di bawah bendera PT KCIC
berkutat selama hampir 8 tahun mewujudkan lintasan sepanjang 142,3 km,
pada Senin 2 Oktober 2023 kereta cepat yang kemudian diberi nama “Whoosh”
diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo di stasiun termini
Halim, Jakarta Timur. Melesat dengan kecepatan rata-rata 350 km/jam,
“Whoosh” menawarkan 18 kursi kelas eksekutif, 28 kursi kelas satu dan 555
kursi kelas dua dengan 48 kali perjalanan (masing-masing 24 perjalanan dari
Halim dan Tegalluar) serta jumlah penumpang bervariasi antara 18.000-21.000
per hari (Januari – Mei 2024).
Reviews
There are no reviews yet.