Deskripsi
Seperti pepatah Minang mengatakan, “Alam takambang jadi guru” (alam terbentang menjadi guru) begitu pula proses menulis karya ilmiah adalah proses belajar dari pengalaman. Menulis karya ilmiah itu ibarat belajar berenang di Pantai Padang kita yang indah. Kita tidak bisa hanya membaca teori tentang cara menggerakkan tangan dan kaki di dalam air. Kita perlu menceburkan diri, merasa tidak nyaman di awal, mungkin menelan sedikit air, tapi kemudian menemukan ritme dan akhirnya bisa mengapung dengan penuh keyakinan.
Saya telah menyaksikan begitu banyak mahasiswa yang tersesat dalam belantara penulisan ilmiah. Ada yang takut untuk memulai, ada yang bingung mengorganisasi pikiran, bahkan ada yang putus asa karena tulisannya ditolak jurnal berkali-kali. Padahal, jika berbicara tentang potensi mereka? Sungguh luar biasa!
Setelah menyelesaikan studi doktoral dan dianugerahi kesempatan mempublikasikan berbagai karya ilmiah di jurnal internasional serta berkolaborasi dengan peneliti dari berbagai negara, saya merasa terpanggil untuk berbagi. Bukan untuk membanggakan diri, sama sekali bukan, tapi karena saya masih ingat betul bagaimana rasanya berada di posisi yang sama dengan mahasiswa saya sekarang.
Perbedaan buku ini dari buku metodologi penulisan lainnya adalah pendekatannya yang personal dan hangat. Saya tidak berbicara sebagai seorang profesor atau akademisi hebat yang memberikan kuliah dari podium tinggi, tapi sebagai teman yang duduk bersama di “lapau” (warung kopi tradisional Minang), berbagi kesulitan dan kiat praktis yang telah teruji. Contoh-contoh yang saya sajikan diambil dari pengalaman nyata mahasiswa saya sendiri, dengan harapan kita bisa berkata, “Oh, kalau begitu caranya, saya juga bisa!”
Filosofi yang saya anut dalam menulis buku ini adalah bahwa penulisan akademik seharusnya tidak menjadi aktivitas eksklusif yang hanya bisa diakses oleh segelintir orang. Menulis adalah alat demokratis untuk berbagi pengetahuan, dan setiap mahasiswa—apapun latar belakangnya—berhak mendapatkan akses pada keterampilan ini tanpa harus merasa terintimidasi.
Seperti ungkapan Minang, “Baraja ka nan manang, mancontoh ka nan sudah” (Belajarlah pada yang berhasil, mencontoh pada yang sudah berpengalaman). Dengan semangat itulah buku ini hadir di hadapan kita. Berbekal pengalaman publikasi dan kolaborasi internasional selama studi doktoral, saya ingin menjadi jembatan bagi mahasiswa saya untuk meraih keberhasilan serupa tanpa harus mengalami kesulitan yang berarti.
Ulasan
Belum ada ulasan.