COVID-19 hadir sebagai kosa kata paling akrab bagi warga dunia sejak awal pemunculan penyakit akibat virus SARSCoV-2
itu di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, pertengahan Desember 2019. Anak-anak seusia TK atau balita pun fasih melafalkannya
karena diajari orang tua mereka atau setiap kali terlintas di tayangan TV, sementara di ruang publik jadi bahan perbincangan
atau topik debat karena kemunculan Covid-19 berdampak besar pada berbagai sendi kehidupan.
Isu Covid-19 dan virus corona (Severe Accute Respiratory Syndrome Corona Virus – SARS-CoV-2) menyeruak mulai dari
lingkungan keluarga, tetangga, politisi, tokoh agama, pejabat sampai ragam pakar disiplin ilmu. Silang pendapat terkait isu Covid-19 bahkan acap berujung debat dan keterbelahan antarsesama anggota grup WA, alumni sekolah, perguruan tinggi, keluarga, rekan sekantor, jemaah masjid atau kelompok lainnya. Debat tentang Covid-19 sesuai kompetensi, keilmuwan, nalar dan akal sehat, sejatinya perlu dan mencerahkan, tetapi orang terkadang pasang “kaca mata kuda”, ada pula yang mengapitalisasi isu SARA, sehingga mubah tak berfaedah, bahkan berpotensi membuat persatuan bubrah.
Buku ini memuat delapan BAB yakni pengalaman penulis dalam BAB I : “Aku Penyintas Covid-19”, BAB II: “Covid-19
Tragedi Keluarga”, BAB-III “Covid-19 Bencana Multi Dimensi”, BAB-IV “Vaksin Bangkitkan Asa” BAB V: “Covid-19 Pandemi Global”, BAB VI: “Covid ada Di Mana-mana” dan BAB VII “Lika-liku Vaksin”. Khusus BAB VIII Penutup meringkas perkembangan pandemi Covid-19 dan kisah sukses pemerintah “bergerilya” untuk mendapatkan vaksin yang diperebutkan banyak negara dan penanganan pandemi yang dipuji WHO dan int’l, menjadi legacy kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Ulasan
Belum ada ulasan.