BAHASA MAKASSAR SEBAGAI SUMBER LITERASI EKOLOGIS Eksplorasi Nilai Keberlanjutan dalam Ungkapan Tradisional

0 out of 5
0.00 (0 Ulasan)
1 Views
0 Sold

Judul: BAHASA MAKASSAR SEBAGAI SUMBER LITERASI EKOLOGIS Eksplorasi Nilai Keberlanjutan dalam Ungkapan Tradisional

Penulis:
Dr. Drs. Abd. Rahim, S.E., M.Pd.

Editor:
Dr. Agung Rinaldy Malik
Sahban Nur, M.Pd.

Penulisan buku ini merupakan hasil dari proses panjang perenungan dan keterlibatan penulis dalam memahami bagaimana bahasa, khususnya bahasa Makassar, dapat berperan penting dalam membangun kesadaran ekologis di tengah tantangan global dewasa ini.
Karya ini tidak lahir begitu saja. Ia merupakan hasil dari dialektika antara tradisi yang berakar kuat di tanah Sulawesi Selatan dengan konteks kontemporer yang menuntut adanya jawaban terhadap isu-isu lingkungan. Penulis meyakini bahwa bahasa tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga cermin budaya dan sarana pewarisan nilai. Bahasa Makassar, dengan segala ungkapan tradisionalnya, menyimpan pesan-pesan ekologis yang sangat relevan dengan semangat keberlanjutan yang kini menjadi isu global.
Kerusakan lingkungan telah menjadi salah satu isu utama abad ke-21. Perubahan iklim, krisis air, deforestasi, dan pencemaran lingkungan merupakan kenyataan yang dihadapi oleh umat manusia. Berbagai upaya dilakukan, baik melalui kebijakan global maupun lokal, untuk membangun kesadaran ekologis. Namun, satu hal yang sering terabaikan adalah bagaimana kearifan lokal dapat dijadikan landasan dalam membangun literasi ekologis.
Bahasa Makassar, sebagai salah satu bahasa daerah besar di Sulawesi Selatan, menyimpan berbagai ungkapan tradisional yang sarat dengan pesan moral dan nilai keberlanjutan. Misalnya, ungkapan “Kualleangi tallanga na toalia” Semboyan ini merupakan filosofi hidup yang mengajarkan nilai-nilai pantang menyerah, berani berjuang hingga titik akhir, dan tidak mundur dari perjuangan meskipun harus mengorbankan segalanya demi meraih cita-cita.”. Ungkapan ini tidak hanya bicara tentang etos kerja, tetapi juga tentang hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.
Di sinilah letak pentingnya penulisan ini. Penulis berupaya merekonstruksi kembali makna ekologis dalam bahasa Makassar agar ia tidak hanya menjadi artefak budaya, tetapi juga sumber inspirasi bagi pendidikan dan praktik keberlanjutan. Upaya ini sekaligus menjadi bagian dari revitalisasi bahasa daerah yang belakangan mengalami penurunan penutur aktif.
Penulis menemukan betapa kayanya ungkapan-ungkapan bahasa Makassar yang berbicara tentang laut, sawah, gunung, dan hutan. Salah satunya adalah pepatah “Naiya pakkita’na lino, assipapolei” yang berarti “Dunia ini dapat lestari jika saling menjaga.” Ungkapan ini menegaskan bahwa keberlanjutan hidup manusia hanya mungkin terwujud jika ada kepedulian kolektif terhadap alam.
Revitalisasi bahasa Makassar tidak bisa dilepaskan dari upaya menghidupkan kembali nilai-nilai ekologis yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, menjaga bahasa Makassar berarti juga menjaga alam yang menjadi sumber lahirnya bahasa itu sendiri.

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “BAHASA MAKASSAR SEBAGAI SUMBER LITERASI EKOLOGIS Eksplorasi Nilai Keberlanjutan dalam Ungkapan Tradisional”